Pengertian Mitos
Mitos (bahasa Yunani: μῦθος— mythos) atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang
menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam
semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya. Dalam pengertian yang lebih luas,
mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Secara pengertian mitos adalah cerita yang bersifat
simbolik yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di dalam
mitos bisa berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan,
manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan
menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, pemberian makna hidup dan
pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan
dengan akal pikiran. Mitos
adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah
beredar dari generasi ke generasi. Penyebaran suatu mitos sangat cepat dan luas
di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang
diterimanya itu tidak benar. Masyarakat kebanyakan mengabaikan logika dan lebih
mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang.
Contoh mitos daerah Bengkulu
Mitos Buaya Buntung Danau Dendam Tak
Sudah
|
https://www.pinterest.com/nanasofian/my-bengkulu/ |
Danau ini
terletak di Kelurahan Dusun Besar Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu, Provinsi
Bengkulu. Dahulu kala ada buaya dari DDTS, bertarung melawan buaya asal
Lampung di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Dalam pertarung tersebut,
buaya DDTS berhasil mengalahkan buaya asal Lampung. Hanya saja, dalam
pertarungan itu, buaya DDTS kehilangan ekor. Konon pada saat itu, buaya buntung
DDTS bersumpah pada buaya asal Lampung, dengan kutukan, "Kalau main ke
DDTS tidak akan dikasih makan". Konon sejak adanya dendam buaya tersebut,
maka danau disebut warga setempat dengan nama 'Danau Dendam Tak Sudah'.
Buaya yang
buntung itu sering muncul menjelang perayaan hari besar, seperti Hari Raya Idul
Fitri. Kemunculan buaya ke permukaan artinya akan ada bencana yang
melanda Kota Bengkulu. Hal tersebut sempat terjadi beberapa hari sebelum gempa
besar yang terjadi di Bengkulu. Saat itu, Bengkulu digoyang gempa dengan
kekuatan 7,3 Skala Richter (SR) tahun 2000 dan gempa besar tahun 2007
berkekuatan 7,9 SR, buaya buntung sempat muncul kepermukaan danau.
Mitos Air Sumur di Rumah Pengasingan Bung Karno
|
|
Sebuah
rumah dengan arsitertur perpaduan Eropa dan China, yang terletak di Jalan
Soekarno-Hatta RT 05 RW 02 Nomor 02 Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu
Samban, Kota Bengkulu, merupakan salah satu saksi bisu sejarah perjuangan
kemerdekaan RI. Dibagian belakang rumah pengasingan bung karno ini
terdapat sumur tua yang konon katanya , air sumur tersebut dapat membuat awet
muda. Jika air sumur di minum ada pasangan suami istri yang belum memperoleh
keturunan konon akan mendapatkan keturunan serta khasiat lainnya. Air sumur
ini juga dipercaya dapat mengabulkan semua keinginan. Beberapa orang yang mengaku
pernah mencuci muka dengan air sumur tersebut, dalam waktu yang tak lama,
permintaannya terkabul. Ada cerita tentang salah satu warga Bengkulu
yang punya penyakit paru-paru. Sanking parahnya, berat badannya terus menurun.
Sang ibu berinisiatif mengambil air sumur tersebut untuk anaknya. Sekarang dia
sudah mulai membaik dan berat badannya bertambah. Ada juga yang percaya
sumur tersebut mendatangkan rezeki dan membuat enteng jodoh.
Pengertian Legenda
Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu,
legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga
sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda
hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda
harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung
sifat-sifat folklor. legenda sendiri, meskipun kejadiannya dianggap benar,
pelaku-pelaku kisahnya adalah manusia, bukan Dewa dan monster seperti pada
Mitologi. legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan
sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan.
Contoh Legenda Daerah Bengkulu
Putri Gading
Cempaka
|
Lukisan putri gading cempaka |
Putri Gading Cempaka berasal dari daerah Bengkulu Utara.
Putri Gading Cempaka adalah putri bungsu dari Raja Ratu Agung. Raja Ratu Agung
sendiri berasal dari Kerajaan Majapahit. Putri Gading
Cempaka merupakan leluhur dari raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Sungai Lemau, Bengkulu Utara.
Alkisah pada
zaman dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama
Kerajaan Sungai Serut. Ratu Agung, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit,
merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Sungai Serut. Konon, ia
merupakan penjelmaan dewa dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan
di bumi. Ratu Agung memerintah Kerajaan Sungai Serut dengan arif bijaksana. Ia
sangat disegani oleh rakyatnya, meskipun rakyat yang dipimpinnya adalah bangsa
Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi besar. Ratu Agung mempunyai enam
orang putra dan seorang putri. Keenam putra Ratu Agung adalah Kelamba Api atau
Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk Rompong, Rindang Papan, Anak
Dalam, dan yang paling bungsu adalah seorang putri bernama Putri Gading
Cempaka.
Menurut cerita, kerajaan Sungai Serut menjadi terkenal
hingga ke berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi
juga oleh kecantikan Putri Gading Cempaka. Meski usia Putri Gading Cempaka baru
beranjak remaja, namun kecantikan wajahnya sudah terlihat nampak mempesona
bagai bidadari. Sudah banyak pangeran datang untuk meminangnya, namun Ratu
Agung menolak semuanya karena sang Putri masih belum cukup umur.
Seiring berjalannya waktu, Putri Gading Cempaka tumbuh
menjadi gadis dewasa. Demikian pula Ratu Agung yang kian menua usianya. Suatu
hari, Ratu Agung mengalami sakit keras. Ia mendapat firasat bahwa usianya sudah
tidak akan lama lagi. Maka, sang Raja pun mengumpulkan ketujuh putra-putrinya
untuk menyampaikan wasiat kepada mereka.
“Wahai, anak-anakku. Sepertinya Ayahanda takkan lama
lagi hidup di dunia. Oleh karenanya, Ayahanda menitipkan dua wasiat kepada
kalian,” kata Ratu Agung kepada putra-putrinya.
Mendengar perkataan ayahandanya, wajah putra-putrinya
menjadi sedih, terutama Putri Gading Cempaka. Ia tak bisa menahan perasaan
sedihnya mendengar ucapan sang Ayah. Perlahan-lahan air matanya pun menetes
membasahi pipinya.
“Ayah jangan berkata begitu. Kami tidak ingin
kehilangan Ayah.” Putri Gading Cempaka menangis terisak-isak seraya merangkul
ayahandanya.
“Putriku tersayang, ajal kita semua ada di tangan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita tidak akan mampu menahan jika ajal telah tiba.”
ujar Raja Ratu Agung berusaha menenangkan hati putrinya.
Ayahanda mereka kemudian menyampaikan wasiatnya, “Demi
menjunjung tinggi rasa keadilan, kedamaian, dan ketenteraman di negeri ini,
Ayah menyerahkan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada putraku Anak Dalam. Ayah
berharap kalian semua tetap bersatu baik dalam suka maupun duka. Dan seandainya
suatu saat nanti Kerajaan Sungai Serut ditimpa musibah besar, Ayah minta kalian
menyingkirlah ke Gunung Bungkuk. Kelak di Gunung Bungkuk akan datang seorang
raja yang berjodoh dengan anak gadisku tercinta, Putri Gading Cempaka.“
Penyerahan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada Anak
Dalam dapat diterima oleh putra-putrinya dengan baik. Kelima saudara tuanya
sama sekali tidak memiliki rasa iri hati. Bahkan, mereka sangat mendukung
dipilihnya Anak Dalam sebagai pewaris tahta. Beberapa hari kemudian, Raja Ratu
Agung menghembuskan nafas terakhirnya. Seluruh negeri pun berduka-cita. Hati
Putri Gading Cempaka hancur berkeping-keping tidak rela melepas kepergian
ayahandanya. Namun, sang Putri hanya bisa pasrah dan berdoa agar ayahandanya
mendapat ketenangan di alam kubur.
Anak Dalam kemudian dinobatkan menjadi raja
menggantikan ayahnya. Seperti ayahnya, Raja Anak Dalam adalah seorang pemimpin
adil bijaksana. Ia beserta keenam saudaranya senantiasa hidup rukun damai.
Dalam waktu singkat, kemasyhurannya pun tersebar ke berbagai negeri. Selain
itu, kecantikan Putri Gading Campaka semakin membuat Kerajaan Sungai Serut kian
dikenal. Sudah banyak bangsawan maupun pangeran datang meminangnya, namun belum
satu pun pinangan yang diterima.
Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota dari Kerajaan
Aceh bernama Pangeran Raja Muda Aceh hendak meminang Putri Gading Cempaka. Sang
Pangeran datang bersama pasukannya menggunakan kapal layar. Setiba di pelabuhan
Bangkahulu, sang Pangeran mengutus beberapa penasehatnya ke istana Kerajaan
Sungai Serut untuk menyampaikan pinangannya kepada Raja Anak Dalam.
“Mohon ampun, Baginda Raja Anak Dalam. Kami adalah
utusan Pangeran Raja Muda Aceh dari Kerajaan Aceh. Saat ini beliau tengah
menunggu di atas kapal yang sedang bersandar di dermaga,” kata salah seorang
utusan seraya memberi hormat.
“Apa yang bisa saya bantu untuk Pangeran kalian?”
tanya Raja Anak Dalam.
“Sebenarnya maksud kedatangan kami ke mari adalah
untuk menyampaikan pinangan Pangeran Raja Muda Aceh kepada Putri Gading
Cempaka.” jawab sang utusan.
Raja Anak dalam tidak mau mengambil keputusan sendiri.
Ia mengajak saudara-saudaranya untuk membicarakan masalah tersebut. Sementara
itu, para utusan diminta untuk menunggu sejenak. Tak berapa lama kemudian,
mereka pun kembali menemui para utusan Pangeran Raja Muda untuk menyampaikan
hasil mufakat yang telah mereka putuskan.
“Maafkan kami, wahai utusan Pangeran Raja Muda Aceh.
Kami memutuskan untuk tidak menerima pinangan Pangeran Raja Muda Aceh.” kata
Raja Anak Dalam.
Jawaban Raja Anak Dalam membuat para para utusan
Pangeran Aceh terkejut. Dengan perasaan kecewa, mereka segera kembali ke
dermaga untuk melapor kepada Raja Muda Aceh. Betapa murkanya Pangeran dari
Tanah Rencong itu saat mendengar laporan tersebut.
“Sungguh keterlaluan! Mereka berani menolak
pinanganku?!” kata Raja Muda Aceh geram.
Merasa dikecewakan, Pangeran Muda Aceh menjadi marah.
Ia lantas menantang Raja Anak Dalam untuk berperang. Perang besar antara
Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Sungai Serut akhirnya tak terhindarkan. Perang
akhirnya berlangsung hingga berhari-hari dengan memakan banyak korban jiwa dari
kedua belah pihak. Perang terus berkecamuk. Mayat-mayat yang sudah berhari-hari
bergelimpangan tanpa terurus mulai membusuk. Menurut cerita rakyat, perang ini
menjadi asal usul
nama Bengkulu.
Raja Anak Dalam beserta seluruh pasukannya merasa
sudah tidak tahan lagi dengan peperangan tersebut. Mereka juga sudah tak
sanggup menahan bau busuk mayat para prajurit yang telah gugur. Saat itulah,
sang Raja teringat pada wasiat ayahandanya.
“Wahai saudara-saudaraku! Sesuai dengan pesan ayahanda
bahwa jika Kerajaan Sungai Serut sudah tidak aman, kita disarankan untuk
menyingkir ke Gunung Bungkuk,” kata Raja Anak Dalam.
Akhirnya, Raja Anak Dalam beserta keenam saudaranya
segera menarik diri menuju Gunung Bungkuk. Sementara itu, Pangeran Raja Muda
Aceh bersama pasukannya yang masih hidup kembali ke Tanah Rencong tanpa membawa
hasil.
Sepeninggal Raja Anak Dalam Ke Gunung Bungkuk,
Kerajaan Sungai Serut menjadi kacau. Mendengar kabar kekosongan kekuasaan di
Kerajaan Sungai Serut, datanglah empat bangsawan Lebong Balik Bukit untuk
menjadi raja di sana. Namun, setelah berhasil menguasai negeri tersebut, mereka
malah saling bertikai karena memperebutkan wilayah kekuasaan. Menurut cerita,
pertikaian keempat bangsawan tersebut didamaikan oleh Maharaja Sakti, seorang
pengelana dari Kerajaan Pagaruyung. Ia adalah seorang utusan Kerajaan
Pagaruyung, kerajaan di Minangkabau yang diperintah oleh Seri Maharaja Diraja.
Akhirnya, keempat bangsawan tersebut segera menghadap
Sultan Pagaruyung untuk memohon agar Maharaja Sakti yang adil dan bijaksana itu
diangkat menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut. Permohonan mereka dikambulkan.
Upacara penobatan Maharaja Sakti pun dilaksanakan di balairung Kerajaan
Pagaruyung. Sejak saat itu Kerajaan Sungai Serut berganti nama menjadi Kerajaan
Bangkahulu.
Setelah dinobatkan menjadi Raja Bangkahulu, Baginda
Maharaja Sakti berangkat menuju ke Bangkahulu, diiringi oleh ratusan pengawal.
Keempat bangsawan yang tadinya bertikai juga ikut mengiringi sang Raja. Setiba
di sana, upacara penobatan sebagai raja di Kerajaan Bangkahulu pun telah
disiapkan. Namun, ketika upacara akan dimulai, tiba-tiba langit berubah menjadi
gelap, lalu turunlah hujan sangat deras diiringi angin kencang. Atas kesepakatan
bersama, upacara penobatan akhirnya ditunda hingga cuaca kembali cerah. Namun,
hingga malam hari, hujan dan badai tak kunjung berhenti.
Malam harinya, Baginda Maharaja Sakti bermimpi melihat
seorang bidadari sedang menari-nari di tengah hujan badai. Ajaibnya, tak
sedikit pun tubuh sang bidadari basah terkena air hujan. Sang Bidadari kemudian
pergi menuju ke Gunung Bungkuk. Keesokan harinya, Baginda Maharaja Sakti
menceritakan perihal mimpinya kepada keempat bangsawan. Para bangsawan kemudian
meminta seorang peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut.
“Ampun, Baginda. Ternyata, bidadari cantik yang ada di
dalam mimpi Baginda adalah Putri Gading Cempaka, putri penguasa wilayah ini di
masa lalu. Kini, ia tinggal di Gunung Bungkuk bersama keenam saudaranya. Jika
Baginda bisa membawa Sang Putri kembali kemari, maka Baginda akan membawa
kerajaan ini kembali menjadi sebuah kerajaan yang kuat. Menurut ramalan hamba,
Putri Gading Cempaka kelak akan menurunkan raja-raja di negeri ini,” ungkap si
peramal.
Mendengar penjelasan si peramal, sang Baginda pun
berhasrat meminang Putri Gading Cempaka. Ia lalu mengutus keempat bangsawan
beserta beberapa pengawalnya untuk menjemput Putri Gading Cempaka di Gunung
Bungkuk. Setiba di sana, mereka menghadap Raja Anak Dalam.
“Ampun, Baginda! Kami adalah utusan dari Tuanku
Baginda Maharaja Sakti. Beliau adalah penguasa Kerajaan Bangkahulu yang
dahulunya merupakan Kerajaan Sungai Serut. Atas titah beliau, hamba diminta
untuk menjemput Tuanku Putri Gading Cempaka beserta tuan-tuan sekalian. Baginda
Maharaja Sakti bermaksud mengangkat Tuanku Putri Gading Cempaka menjadi
permaisuri di Negeri Bangkahulu,” ungkap para utusan.
Raja Anak Dalam bersama saudara-saudaranya pun
menerima pinangan Maharaja Sakti sesuai dengan wasiat ayah mereka. Akhirnya,
pesta pernikahan Putri Gading Cempaka dengan Maharaja Sakti pun dilangsungkan
di Bangkahulu. Pesta berlangsung meriah karena bersamaan dengan upacara
penobatan Maharaja Sakti menjadi raja di Negeri Bangkahulu.
Setelah menikah, dibangunlah istana baru yang megah
sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena letak istana itu berada di Kuala Sungai
Lemau, maka kerajaan itu pun berganti nama menjadi Kerajaan Sungai Lemau.
Baginda Maharaja Sakti memimpin kerajaan Sungai Lemau dengan arif bijaksana. Ia
beserta permaisurinya, Putri Gading Cempaka, hidup bahagia.
Pengertian Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita pada
masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya
yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
masing-masing bangsa.Tokoh-tokoh yang dimunculkan
dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun
dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri
tauladan terutama yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang
tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat
Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar
dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun.
Contoh Cerita Rakyat Daerah Bengkulu
Putri Serindang Bulan
|
putri serindang bulan |
Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan
bersaudara. Mereka merupakan putri Raja Wawang. Dari ketujuh bersaudara, Putri
Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga
terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia
tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah
Serindang Bulan menikah. Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah
terlebih dahulu.
“Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin
meminangmu. Segeralah menikah. Jangan kuatir, kami semua akan menyusul
menikah.” ujar kakak tertua.
“Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah. Aku
berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.” Putri Serindang Bulan
menyanggupi.
Raja Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa
putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah. Para pemuda merasa
gembira. Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk
melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran
Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan meriah. Tiba-tiba
kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan. Menjelang pernikahan, wajahnya
berubah menjadi buruk. badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit.
“Ada apa
dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang
Pangeran keheranan.
“Aku juga
tidak tahu. Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi
penyakit kulit.” ujar Putri Serindang Bulan.
Pangeran
menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi,
wajah Serindang Bulan kembali cantik. Tubuh sang putri menjadi sehat seperti
sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan
berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan.
Hal ini terus terulang hingga sembilan kali. Pihak keluarga terutama keenam
saudarinya merasa malu.
Pada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan
mengadakan rapat rahasia. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka
harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi
kerajaan. Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk
menyingkirkan Serindang Bulan. Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang
Bulan. Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk
menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung
darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah
menyingkirkannya.
Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan
kakak-kakaknya. Pada suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan
berjalan-jalan. Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan
Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya masuk ke dalam
hutan. Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada
Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya.
“Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua,
maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan sedih.
Karang Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui
kakak-kakaknya. Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia
simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri
serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya
menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari
sungai Ulau Deus. Karang Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di
istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada
kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa senang. Sementara di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki
rakit di sungai. Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang
Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia
tinggali.
Setahun
telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana. Suatu ketika, sebuah
perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun.
Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Karena penasaran, Raja pun
menepi kemudian turun dari perahu. Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar
kemilau tersebut. Setibanya diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah. Sang
raja mengetuk pintu rumah. Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang
membuat Raja terkejut.
“Wahai
gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal
darimu.” kata Raja.
Setelah
berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang
menimpanya. Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya
untuk tinggal di Kerajaan Indrapura. Serindang Bulan pun menyetujuinya. Sesampainya
di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat. Sang Raja menceritakan
masalah Serindang Bulan. Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para
Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk
melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk.
Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik. Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Bulan.
Para
Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan. Raja kemudian
mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara
pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam. Mendengar kabar tersebut,
kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main. Mereka menyalahkan Karang Nio
karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan.
“Sudahlah
kakak-kakakku. Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi
menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio
akhirnya mengiyakan.
Lalu
berangkatlah keenam saudari tersebut. Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura,
mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam. Keenam saudari meminta mahar
berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Bulan. Raja Alam
menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka
harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka
semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani
dan wajahnya mirip Serindang Bulan. Mereka dihadapkan pada keenam saudari
Serindang Bulan. Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana
Serindang Bulan asli.
Kelima
saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio
teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada
satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang
Bulan asli. Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil
menangis melepas rindu.
“Bagus.
Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan
memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara
kalian.” kata Raja.
Akhirnya
Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan. Sementara Keenam saudari mendapatkan
setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam
kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari
kakak-kakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah.
Perbedaan Mitos, Legenda dan Cerita Rakyat
Mitos
|
Legenda
|
Cerita
Rakyat
|
Menceritakan
tentang asal usul alam semesta, manusia atau bangsa yang diungkapkan dengan
dongeng-dongeng gaib dan mengandung arti yang dalam.
|
Mirip
dengan mitos yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci
hanya dianggap sebagai suatu yang pernah terjadi
|
Umunya
mengisahkan tentang suatu kejadian disuatu tempat atau asal-usul suatu tempat
|
Mitos juga
mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan dan perang mereka.
|
Legenda
ditokohi oleh manusi, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering
kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib.
|
Tokoh-tokoh
yang dimunculkan dalam cerita umunya diwujudkan dalam bentuk binatang,
manusia maupun dewa
|
Sumber :